Pengelolaan Keragaman dan Penanganan (In)Toleransi
Studi Kasus Rumah Ibadah dan Kegiatan Keagamaan di Yogyakarta
DOI:
https://doi.org/10.59001/pjrs.v2i1.54Keywords:
Keragaman, (in)Toleransi, Diskirimasi, Rumah Ibadah dan Relasi Sosial , YogyakartaAbstract
Yogyakarta is known as the "city of tolerance" slogan. However, there are still several incidents of intolerance, such as discrimination in the education sector, cases of houses of worship, and policies that are considered to be discriminatory towards minority groups. This research is qualitative research with a case study approach. Cases of disputes and attacks on places of worship in Yogyakarta are the object of research to see how diversity is managed and tolerance and intolerance are in Yogyakarta. Then, the management of religious space and community social cohesion in Kota Baru, Yogyakarta was seen as a positive model of tolerance. The results of this study show that 1) The quick response of the local government and the community to several incidents of intolerance was carried out so that conflicts would not escalate 2) Strengthening socio-religious relations is a major factor in managing diversity in Yogyakarta. Several religious building sites, such as churches and mosques in the Kota Baru area of Yogyakarta, are also important markers and reminders of the strength of tolerance in Yogyakarta.
Dikenal sebagai kota toleran, Yogyakarta merupakan kota yang ramah terhadap keberagaman dan terbuka bagi seluruh kelompok atau golongan. Meskipun demikian, masih ada beberapa kejadian intoleransi, seperti diskriminasi di ranah pendidikan, kasus rumah ibadah hingga kebijakan yang dianggap cenderung diskriminatif terhadap kelompok minoritas. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk menjaga dan mengelola keragaman tersebut dengan mempromosikan toleransi dalam berbagai kegiatan formal maupun informal. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kasus sengketa dan penyerangan rumah ibadah di Yogyakarta menjadi objek penelitian untuk melihat bagaimana pengelolaan keragaman dan penanganan ataupun pengelolaan toleransi dan intoleransi di Yogyakarta. Kemudian, pengelolaan ruang keagamaan dan kohesi sosial masyarakat di wilayah Kota Baru, Yogyakarta menjadi amatan dalam melihat model positif dari toleransi. Hasil dari studi ini memperlihatkan bahwa 1) Quick respons pemerintah daerah maupun masyarakat terhadap beberapa kejadian intoleransi dilakukan agar konflik tidak tereskalasi 2) Penguatanan relasi sosial-keagamaan menjadi faktor utama dalam pengelolaan keragaman di Yogyakarta. Beberapa situs bangunan keagamaan, seperti gereja dan masjid di wilayah Kota Baru Yogyakarta juga menjadi penanda dan pengingat penting akan kuatnya toleransi di Yogyakarta.
References
Ahnaf, I., & Salim, H. (2017). Krisis Keistimewaan: Kekerasan terhadap Minoritas di Yogyakarta. Yogyakarta: Center for Religious & Cross-cultural Studies, Universitas Gajah Mada ( CRCS UGM).
Ali Fauzi, I. (2019). Disputes Over Places of Worship in Indonesia: Evaluating the Role of the Interreligious Harmony Forum. Dalam G. Fealy & R. Ricci (Ed.), Contentious Belonging: The Place of Minorities in Indonesia (hlm. 175–193). ISEAS–Yusof Ishak Institute. Diambil dari https://www.cambridge.org/core/books/contentious-belonging/disputes-over-places-of-worship-in-indonesia-evaluating-the-role-of-the-interreligious-harmony-forum/AB4A572A9B91883DCD68CF5F078A8634
Ali Fauzi, I., Panggabean, S. R., Sumaktoyo, N. G., Anick H. T., Mubarak, H., Testriono, & Nurhayati, S. (2011). Kontroversi Gereja di Jakarta dan Sekitarnya. Yogyakarta: Center for Religious & Cross-cultural Studies, Universitas Gajah Mada ( CRCS UGM).
BBCnews. (2021, Juni 15). Relokasi GKI Yasmin, pengurus gereja sebut Wali Kota Bogor sampaikan “kebohongan publik.” BBC News Indonesia. Diambil dari https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-57453474
BPCB DIY. (2019, Agustus 22). Gereja HKBP. Diambil 5 Februari 2023, dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta website: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/gereja-hkbp/
Darsam. (2019, Juli). Wawancara dengan Ketua RT.01 sekaligus Ketua RW.01 Kali Code, Kelurahan Kota Baru, Yogyakarta.
Hengki D. (2019, Juli). Wawancara dengan Pengurus Masjid Syuhada, Yogyakarta.
Idhom, A. M. (2018, Februari 18). Kronologi Penyerangan Gereja Santa Lidwina di Saat Misa Berlangsung. Diambil 4 Februari 2023, dari Tirto.id website: https://tirto.id/kronologi-penyerangan-gereja-santa-lidwina-di-saat-misa-berlangsung-cEDq
Kemenag DIY. (2015). Kumpulan Peraturan Perundang Undangan Kerukunan Umat Beragama, DIY. Yogyakarta: Kanwil Depag, DIY.
Kompas, C. M. (2014, Januari 30). Slogan “Yogyakarta City of Tolerance” Dipertanyakan. Diambil 4 Februari 2023, dari KOMPAS.com website: https://regional.kompas.com/read/xml/2014/01/31/0621376/Slogan.Yogyakarta.City.of.Tolerance.Dipertanyakan
KoranTempo. (2014, Desember). Yogyakarta Peringkat Kedua Kasus Intoleransi. Tempo. Diambil dari https://koran.tempo.co/read/berita-utama-jateng/360981/yogyakarta-peringkat-kedua-kasus-intoleransi
Kumoro, P. (2017). Historitas Masjid Syuhada: Menggali Nilai-Nilai Kepahlawanan. Yogyakarta: Yasma (Yayasan Masjid Syuhada).
Kusuma, W. (2017, Mei 31). Di Balik Viralnya Foto Doa Umat Katolik untuk Umat Islam yang Berpuasa. Diambil 5 Februari 2023, dari KOMPAS.com website: https://regional.kompas.com/read/xml/2017/05/31/18000091/di.balik.viralnya.foto.doa.umat.katolik.untuk.umat.islam.yang.berpuasa
Liputan6.com. (2019, Februari 11). Serangan Berdarah di Gereja St Lidwina Sleman Setahun Lalu. Diambil 5 Februari 2023, dari Liputan6.com website: https://www.liputan6.com/news/read/3891448/serangan-berdarah-di-gereja-st-lidwina-sleman-setahun-lalu
Marpaung, M. (2019, Juni). Wawancara dengan Sekretaris Gereja HKBP Yogyakarta.
Mujiburrahman. (2006). Feeling Threatened: Muslim-Christian Relations in Indonesia’s New Order. Leiden: Amsterdam University Press.
Musium Nasional Indonesia. (2017, Juni 10). Frase Bhinnêka tunggal ika dalam Kakawin Sutasoma. Diambil 4 Februari 2023, dari Museum Nasional website: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/munas/frase-bhinneka-tunggal-ika-dalam-kakawin-sutasoma/
Setara Institute, S. (2017). Ringkasan Eksekutif: Indeks Kota Toleran Tahun 2017. Jakarta: SETARA Insitute dan Unit Kerja Presiden-Pembinaan Ideologi Pancasila. Diambil dari SETARA Insitute dan Unit Kerja Presiden-Pembinaan Ideologi Pancasila website: https://setara-institute.org/indeks-kota-toleran-tahun-2017/
Simanjuntak, M. CC. (2015). Atas Nama Kebencian: Kajian Kasus Kasus Kejahatan Berbasis Kebencian Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. Diambil dari //perpustakaan.bantuanhukum.or.id%2Findex.php%3Fp%3Dshow_detail%26id%3D4912
Stepan, A. (2011). The Multiple Secularism of Modern Democratic and Non-Democratic Regimes. Dalam C. Calhoun, M. Juergensmeyer, & J. VanAntwerpen (Ed.), Rethinking Secularism. Oxford, New York: Oxford University Press.
Sukatno. (2018, Mei). Wawancara dengan Ketua Gereja St. Lidwina Yogyakarta.
Syambudi, I. (2019a, Juli 10). Duduk Perkara Penolakan Rumah Menjadi Gereja di Gunung Bulu, Yogya. Diambil 5 Februari 2023, dari Tirto.id website: https://tirto.id/duduk-perkara-penolakan-rumah-menjadi-gereja-di-gunung-bulu-yogya-edZg
Syambudi, I. (2019b, Juli 29). Bupati Bantul Cabut IMB Gereja yang Ditolak Warga. Diambil 5 Februari 2023, dari Tirto.id website: https://tirto.id/bupati-bantul-cabut-imb-gereja-yang-ditolak-warga-effy
Tempo.co. (2013, Oktober 1). Tolak PTUN, Bekasi Belum Izinkan Gereja Filadelfia. Tempo. Diambil dari https://metro.tempo.co/read/518249/tolak-ptun-bekasi-belum-izinkan-gereja-filadelfia
Teuku Kemal Fasya, Ahmad Zainul Hamdi, Yohanes Mauritz, Aji Dwi Prasetyo, Ahmad Murtajib, lamsyah M. Djafar, … Budi Hernawan. (2017). Intoleransi, Revitalisasi Tradisi dan Tantangan Kebinekaan Indonesia (A. Suaedy, Ed.). Depok: Abdurrahman Wahid Centre-Universitas Indonesia (AWC-UI).
Wahid Fondation. (2019). Membatasi Para Pelanggar: Laporan Tahunan Kemerdekaan Beragama Berkeyakinan Wahid Foundation 2018. Jakarta: The Wahid Institute.
Zara, M. Y. (2016). Syuhada Mosque and its Community in Changing Yogyakarta, 1950s-1980s. Journal of Indonesian Social Sciences and Humanities, 6(2), 13–28. https://doi.org/10.14203/jissh.v6i2.37